Sebut saja dia Arale. Julukan yang kami (adikku Dayu, Aa dan Mamah) anugerahkan padanya.
Arale adalah tokoh kartun Jepang yang mempunyai Ayah berkepala besar. Saking besarnya sehingga dikatakan bahwa kalau difoto, maka ia tidak akan muat karena ukuran kepalanya itu.
Agak ngga nyambung sih... tapi for the sake of our convenience, ya.. jadilah sebutannya: Arale.
Semuanya bermula dari gembar-gembor adikku tersayang tentang seorang pemuda yang juga masuk kantornya (eh, mantan kantor ding, karena dua-duanya udah ngga di situ lagi).
Orangnya luar biasa pintar, pernah tinggal di perpustakaan kampusnya di kota Gudeg dan melalap habis semua buku di sana. Jenius dalam dunia maya, sebuah dunia yang justru aku hampir buta. Suka komik, hal yang memang kami sekeluarga juga suka. Mantan gimbal yang juga drummer grup band aliran keras. Lumayan ganteng juga, katanya. Tapi ya, itu... katanya kepalanya besar...
Berita dan cerita tentangnya semakin hari semakin membuat penasaran. Kisah-kisah tentang special gift yang dimilikinya, juga tentang ukuran kepalanya yang sesungguhnya.
Sampai suatu saat, datanglah kesempatan untuk bertemu langsung dengannya. Aku dan Mbak Frances, atasanku ketika itu, datang bertandang ke kantor adikku. Mbak Frances ingin mengenal lebih jauh Arale karena hal-hal yang berhubungan dengan anaknya sendiri. Pertama melihatnya, Mbak Frances berbisik di telingaku "Ah... kepalanya ngga besar-besar banget kok, Rat... proporsional, kok.." Aku cuma nyengir mendengarnya.
Memperhatikan pembicaraan antara Mbak Frances dengannya, aku membayangkan betapa hidup - bisa jadi sulit untuknya. Menjadi berbeda, bisa membuat orang merasa menjadi 'alien', terasing di keterasingan, dan mempertanyakan kenapa.
Namun di lain sisi, betapa besar karunia yang dianugerahkan Tuhan untuknya. Apa yang dimilikinya, dan apa yang bisa dia lakukan adalah tanggung jawab yang luar biasa besar. Meski ini sama sekali tidak pernah dimintanya.
Aku hanya tahu dan percaya bahwa pasti ada alasan bagus kenapa Yang Maha menitipkan itu semua padanya. DIA pasti menganggap pemuda ini sebagai seseorang yang 'special', karena begitu pulalah aku dan keluargaku memandangnya. Berpotensi sedemikian besar untuk berbuat banyak pada sesama. Meskipun dia bebas memilih, tentu saja.
Kami merasa bangga padanya, juga merasa bahwa dia adalah bagian dari kami juga.
Beberapa waktu yang lalu, adikku dan aku kembali bertemu dengannya. Kami sengaja ke Jogja dengan dalih minta tolong padanya menginstal-kan software pada laptop Dayu yang baru dibeli. Dia kelihatan lebih kurus, tapi kami ngga terlalu ngeh bahwa saat itu dia sedang akan sakit.
Saat itu dialah yang tak segan berepot-repot ria mencarikan dan membooking penginapan, pun berniat menemani kami selama di sana. Malam pertama di kota itu, yang kebetulan jatuh pada malam minggu, ada keramaian di daerah Malioboro. Selain berkumpulnya beberapa komunitas seperti komunitas sepeda onthel, ada juga dua panggung untuk dua kelompok aliran musik yang berbeda. Tiba-tiba, adikku terkikik-kikik geli. Rupanya dia melihat bahwa celana panjang jeans si Arale tidak terseleting.
Si Arale berkomentar "oh... ini sengaja kok. Biar aja orang yang ngeliat nganggap aku gimana... Aku udah pake daleman short kok...".
Aku tersenyum mendengarnya dan menjawab dengan santai "kalo kamu memang tahu dan sadar, ya ngga papa... Tapi kalau kamu memang ngga tahu, maka kami yang kasih tahu".
Keesokan harinya, kami baru tahu bahwa dia ternyata benar-benar sakit. Saat menjemput kami menuju kost-annya, wajahnya pucat sekali dan badannya pun kelihatan lemas. Rupanya sudah waktunya tubuhnya meminta hak untuk didengar.
Saat itu, tidak tega rasanya melihatnya sakit dan terbaring begitu rupa.
Memandangnya dalam tidur, membuat aku melihat sosoknya yang lain. Beda dari sosok orang yang mumpuni malang melintang merajai dunia maya. Beda juga dari sosok gahar yang ditampilkannya melalui tulisan-tulisan berbau sarkas ketika mengulik berbagai topik. Bahkan mungkin beda pula dari sosok kesehariannya di dunia nyata.
Aku tidak berusaha sok tahu mengenainya. Tapi saat itu aku melihat sosoknya sebagai... orang biasa. Seseorang yang jauh dari rumah, yang saat itu tidak berdaya, seperti layaknya orang kebanyakan yang sedang sakit. Mamahku bilang, "orang sakit tidak seharusnya sendirian, karena orang tsb sedang lemah-lemahnya. Dia harus dirawat dan disayangi, dijaga dan dimanja". Karena itulah, saat itu kami juga tidak membiarkannya sendirian.
Selang beberapa waktu lamanya, rupanya ada sesuatu yang membuatnya sedemikian gusar. Kupikir ini adalah akumulasi dari banyak hal. Kekecewaan, merasa disepelekan, merasa dimanfaatkan, disalahkan dan sebagainya - hingga mempertanyakan apakah ada yang salah pada dirinya.
Aih, Arale... kita tidak bisa memuaskan semua orang... pun tidak bisa mengontrol apa reaksi maupun pandangan orang terhadap diri kita. Yang mungkin bisa dijadikan pilihan untuk dilakukan adalah bertindak sesuai hati nurani, karena biasanya dia adalah refleksi dan cerminan dari Yang Maha Tinggi. Perkara bahwa cara yang kita ketengahkan adalah berbeda, aku rasa itu wajar saja. Bukankah justru perbedaan yang membuat hidup ini jadi berwarna?
Apapun 'wajah' yang kau hadapkan kepada dunia, peran apapun yang kau mainkan di sana, kau adalah kau. Utuh. Tidak ada yang salah.
Bahkan meskipun jika kau kehilangan semua 'wajah' atau kehilangan semua 'peran'... Kau tetap kau. Utuh. Tidak ada yang salah, tidak ada yang kurang.
Tetap ada banyak cinta, kasih sayang dan peduli di sana.
Karena itu, seperti layaknya Miyamoto Musashi yang mengabdikan diri di jalan pedang... malang melintanglah dengan bebas seperti yang kau suka, karena aku yakin kau sertakannya dengan segala bijak dan tanggung jawab.
Seperti kuda mustang jantan, berlarilah sekencang-kencangnya menikmati alam bebas, sampai kau temukan keindahan pelangi.
Ingat saja: begitu besar dukungan dari semuanya.
Dear Kodok
13 years ago
Kenalkan saya dengan si Arale dong. Saya ada obat manjur buat dia biar cepet sembuh kalo lagi sakit. Biar tetep gahar di dunia maya dan nyata, Campuran Tai Kuda Dan Sedikit Kencing Sapi (selanjutnya kita sebut saja CTKDSKS)..
ReplyDeleteNgomong2, si Arale itu mungkin autis. Aneh banget penggambarannya. Dah kepala besar, resleting kebuka, sakit2an. Astagpirloh, amit2 deh kalo sampe kenal...
Itukan Oom Akyu...dan kepalanya memang besar kok. Makhluk yang selama ini kukira cuma ada di cerita komik, pilem-pilem, dan bukan di dunia nyata.
ReplyDeleteTapi ternyata dia ada di sekitar kita...Hehehehehee
Ralat ralat gembar-gembor kepala gue besar itu cuma RELATIF, itu gara-gara eda Eva yang pengen ngasih peci dari Aceh, berhubung dia belinya kekecilan doi hanya sesuai dengan ukuran Mas Udien ya jadilah gue dibilang kepala nya gede, padahal normal kok proposional... Jadi soal kepala ai em gede itu semua Pitnah...sama kayak Ferahu...
ReplyDeleteduh... yang suka komik... bisa aza kasih julukan.....
ReplyDeleteGua keliling keliling nyari 'rumah' barunya si 'kepala besar' chicko!! nyasar ke rumahnya kopi dan Tembakau, terus baca postingan terkahirnya 'ratu punya cerita', diakhir baca merasa salut sama sang ratu, dan kembali keliling mencari si chicko dan nyasar di blog ini, yang ternyata oran gyang gua salutin!!!
ReplyDeleteChicko!! where are you..?? gua mau banyak belajar nih!!!
Chiko-nya ada, fanaticanz... di http://www.kaptenkingkong.com/
ReplyDeleteDuh, terima kasih sekali komentarnya...
jadi malu sendiri, soalnya di tulisan Arie, aku ga ketahuan blangsaknya...
Kekekekekek... jangan sampai tertipu ya... ^_^